Kalimantan Timur yang luas wilayahnya satu setengah kali Pulau
Jawa, adalah sebuah kawasan yang berpenduduk sangat sedikit dari daerah
pulau pulau lain di Indonesia. Tentu daratan ini memiliki hutan yang
sangat luas. Dalam sebuah desa atau dusun ada yang hanya berpenduduk
paling banyak dua puluh jiwa.
Walau hutan hutan di Kalimantan Timur telah porak poranda akibat
illegal logging dan ’banjir kap’ sejak tahun 70-an yang dilakukan
berbagai perusahaan kayu, tetap saja hutan hutan ini tak pernah habis.
Kerusakan ekosistim akibat pembabatan memang ada, namun tak banyak
mempengaruhi kehidupan masyarakat pedalaman yang tinggal diberbagai
pelosok desa atau dusun.
Pada waktu tahun-tahun 70-an ke bawah, hutan di Kaltim sangat kaya
dengan hasil hutan ikutan seperti damar dan rotan. Belum lagi hasil
yang terkandung di dalam buminya. Dan setiap hutan sudah tentu ada
penunggu atau penghuni yang tak terlihat, dengan sebutan lain kalau
bukan orang Gaib atau Bunian, pastilah disebut “Hantu Hutan”. Begitulah
kepercayaan masyarakat yang berdiam di daerah pedalaman yang hingga
sampai saat sekarang masih sering menjadi buah bibir.
Kalau yang disebut orang bunian atau orang gaib hanyalah satu.
Tetapi kalau yang disebut hantu, sangatlah banyak dan beragam. Ada
Hantu Orang, yang kalau berjalan dengan rambut terurai ke depan
menutupi wajahnya. Ada Hantu Kuyang, yang kerjanya mengincar orang
beranak atau mati muda.
Hantu yang satu ini senang mengisap darah orang yang hendak
melahirkan atau memakan mayat wanita muda yang meninggal karena
melahirkan. Ada Hantu Penanggalanan. Hantu yang satu ini berbentuk
kepala tanpa badan dan terbang ke sana ke mari dengan incaran yang
sama seperti Hantu Kuyang. Bedanya dia dapat bepergian jauh dengan
kepalanya yang bisa terbang.
Ada lagi yang disebut Hantu Bangsi. Hantu ini keberadaannya di dalam
hutan dan berbentuk wanita menggendong anak memburu siapapun yang
bisa jadi mangsanya. Anak yang digendongnya masih dengan tali pusar
yang terjulur dari kemaluan hingga ke pusar si anak yang digendong.
Hantu ini memberi tanda pada mangsanya yaitu dengan setumpuk bercak
bercak darah di atas tanah sebanyak tujuh tumpuk.
Jadi siapapun yang menemukan bercak darah tersebut jika tak cepat
kembali, atau terus berjalan hingga ketumpukan yang ke tujuh, maka
jadilah dia korban si hantu. Anak bayi yang digendong dilemparkannya ke
arah korban. Anak tersebut langsung melengket dan mengisap darah
korban dengan darah yang disalurkan melalui tali pusar kepada ibunya.
Korban akan mati kehabisan darah dengan sangat mengerikan karena
selain kehabisan darah korban bagai mengering keriput seperti mayat
yang dikeringkan.
Ada lagi yang disebut Hantu Kesot. Hantu ini tidak berjalan dengan
kakinya tetapi dia berjalan dengan pantat yang dikesotkan di atas
tanah. Hantu ini kebanyakan menunggu mangsa yang lewat ditempat dia
tinggal. Sasarannya bukan hanya manusia tetapi juga binatang seperti
rusa dan babi.
Dia baru pindah dari tempatnya ke tempat yang baru jika sudah dapat
mangsa. Tetapi jika belum selama itu pula dia berada di sana.
Bentuknya seperti Orang Hutan, tetapi dia bisa tak terlihat dan mampu
mempengaruhi mangsa agar mendekat kepadanya.
Ini kata cerita, namun ada pula yang mengatakan Hantu Kesot ini
adalah Orang Utan yang sudah tua dan tak lagi mampu berjalan sehingga
dia hanya menanti mangsa yang melaluinya. Namun jika benar mahluk
tersebut adalah orang utan yang telah ketuaan, tentu jika dia mati ada
yang pernah menemukan bangkainya. Benar tidaknya hingga sampai
sekarang tak ada yang pasti mengetahuinya.
Masih lagi cerita tentang hantu. Kali ini ada yang disebut Hantu
Lungun. (Lungun adalah semacam peti mati suku Dayak pedalaman yang
masih menganut agama kepercayaan). Ceritanya jika ada orang yang
meninggal, mayatnya dimasukkan ke dalam Lungun tersebut yang kemudian
ditaruh bersandar pada sebatang pohon besar, tidak dikebumikan seperti
orang yang sudah memeluk agama Islam atau Kristen.
Lungun tersebut tidak selamanya berada di tempat itu. Pada waktunya
Lungun tersebut dibawa dan dikuburkan pada suatu lubang di tebing
pinggir gunung. Kalau orang lagi bernasib sial, dia bisa berjumpa
dengan hantu Lungun ini. Tetapi bukan berarti yang jadi hantu adalah
orang mati yang dibuat ke dalam Lungun tersebut.
Hantu yang disebut hantu Lungun ini akan mengejar mangsanya dengan
jalan seperti bertumbang lesung. Korban yang dikejar akan ditimpa peti
Lungun tersebut hingga tewas. Tentu saja tewas, karena yang menimpa
adalah Lungun yang terbuat dari sebatang kayu yang cukup berat.
Ada lagi cerita lain tentang hantu hutan di Kalimantan Timur. Hantu
yang satu ini bukanlah hantu pemangsa manusia. Tetapi hantu yang satu
ini adalah hantu nakal yang kerjanya mengganggu dan menyesatkan
manusia jika berada di dalam hutan. Menurut cerita orang yang pernah
bertemu, hantu tersebut amatlah kecil bagai anak anak yang baru
berumur lima tahun, namun wajah mereka tua-tua dan kebanyakan berambut
merah.
Namun ada pula yang mengatakan kalau Hantu yang disebut “Belau“ ini
bukanlah hantu. Tetapi bisa disebut manusia kerdil yang sangat liar.
Kerjanya bermain di pinggiran sungai sambil mencari ikan sebagai
makanan pokoknya. Dalam bahasa pedalaman “Belau“ itu adalah arti dari
sebutan kata liar.
Kesukaan hantu Belau ini menyesatkan orang yang berjalan di dalam
hutan. Apalagi kalau si orang tersebut memang sesat. Orang tersebut
tambah disesatkan ke arah berlawanan dari asal datangnya. Sering Belau
ini meniru suara seseorang dengan menyahuti jika orang yang tersesat
memanggil-manggil nama temannya yang terpisah.
Makin sering memanggil dan berteriak. Belau pun makin sering
menyahut dan meminta agar menyusuri arah suara sehingga orang yang
tersesat tambah sesat dan berhari-hari berputar di situ situ saja.
Menurut cerita, kalau di pinggiran sungai yang berpasir banyak
terdapat jejak kaki seperti anak-anak, maka dapat dipastikan jejak
tersebut adalah jejak kaki Hantu Belau tersebut. Apalagi jeriji
telapak kakinya hanya ada empat jari saja.
Nah hal ini hanyalah merupakan petunjuk kalau sekali waktu memasuki
hutan. Jika tersesat jangan berteriak supaya tidak disesatkan oleh
Hantu nakal yang bernama Belau ini. Namun kalau ingin mencoba, silakan
masukilah hutan di pedalaman, siapa tahu dapat pengalaman dan bertemu
dengan manusia atau hantu yang disebut “ Belau “.