Umat muslim memiliki
kebiasaaan menyantap makanan dan minuman yang manis-manis setiap akan berbuka hal
ini dikarenakan Penafsiran dan Pemahaman tentang agama Islam yang kurang dalam,
disebutkan dalam suatu Hadist bahwa “Awali berbuka dengan yang manis-manis” ,
disini tidak diketahui dengan pasti apakah Hadist shahih atau tidak, Umat
muslim seperti terbuai dengan Hadist diatas. Pokoknya saat berbuka, kalau tidak
minum teh manis, kolak, atau sirup belum afdhol rasanya. Namun kebiasaan ini
justru salah kaprah. Tepatnya salah dimaknai oleh kita yang belum mengerti
tentang ilmu kesehatan.
Kebiasaan ini terus
dilakukan umat muslim hampir diseluruh dunia, bukan hanya di Indonesia saja. Memakan
langsung makanan dan minuman yang memiliki kadar gula cukup tinggi beresiko bagi kesehatan kita.
Mengkonsumsi makanan
dan minuman yang memiliki kadar gula yang cukup tinggi saat berbuka puasa akan mengakibatkan
terjadinya peningkatan kadar gula darah yang sangat drastis. Apalagi kalau
ditambah makan besar. Akibatnya tubuh akan kaget dan tidak siap dengan situasi
demikian. Kita ketahui selama kurang lebih 14 jam tubuh sama sekali tidak
kemasukan sumber energi sedikitpun. Akibat terjadinya hyperglikemi, tubuh
akan terasa lemas, dan mengantuk, persis seperti perut kekenyangan setelah makan
besar. Yang lebih mengkhawatirkan lagi dalam jangka panjang kebiasaan ini akan
mengganggu sistem metabolisme glukosa sehingga rentan terhadap penyakit
diabetes militus, obesitas, hypertensi dan lain-lain.
Kebiasaa mengkonsumsi
yang manis saat berbuka memang dianjurkan oleh Nabi Besar Muhammad.SAW, akan
tetapi bukan seperti yang disebutkan diatas karena, Rasul termasuk orang yang
dihindarkan dari kesalahan. Karena yang dimakan Rasul pertama saat berbuka bukan
seperti makanan dan minuman yang disebutkan diatas akan tetapi Rasul hanya
memakan tiga buah kurma saja. Dan tidak banyak bahkan berlebihan
karena hanya dimakan satu-satu dengan diselingi minum air putih. Meskipun pada
saat itu sudah ada makanan dan minuman yang kita jumpai pada saat ini, Rasul
pasti tetap mengkonsumsi Kurma dan air
Putih saja. Hal ini dapat dilihat pada hadist berikut :
حَدّثَنَا
إِبْرَاهِيمُ بْنُ الْحَجّاجِ السّامِيّ، حَدّثَنَا أَبُو ثَابِتٍ عَبْدُ
الْوَاحِدِ بْنُ ثَابِتٍ، حَدّثَنَا ثَابِتٌ،
عَنْ أَنَسٍ، قَالَ: كَانَ النّـَبِيّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ «يُحِـّبُ
أَنْ يُفْطِرَ عَلَى ثَلاَثِ تَمَرَاتٍ أَوْ شَيْءٍ لَمْ تُصِبْهُ النَّارُ»
(Abu Ya'la berkata) "Telah
menceritakan kepada kami Ibrahim bin al-Hajaj as-Samiy, ( Dia -Ibrahim bin
al-Hajaj as-Samiy berkata), 'Telah menceritakan kepada kami Abu Tsabit Abdul
Wahid bin Tsabit, (Dia Abu Tsabit Abdul Wahid berkata) Telah menceritakan
kepada kami Tsabit, dari Anas (bin Malik radhiallahu'anhu), ia (Anas bin Malik
radhiallahu'anhu) berkata: "Adalah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
menyukai berbuka dengan 3 (tiga) butir kurma atau sesuatu yang tidak terkena
api (dimasak/diolah dengan api)." Hadits Dhaif (HR. Abu Ya'la 6/59
no. 3305 cet. Daar Makmun Litturats )
Menurut penelitian
kurma merupakan sumber glukosa alami yang baik, sehingga tidak akan merubah
komposisi glukosa tubuh secara drastis ketika kita makan. Buah ini sama saja
dengan melon, semangka, pisang dan buah lain yang segera mengembalikan energi
namun tidak membuat tubuh lemas. Itulah kurang lebih alasan kenapa jargon
“ awali dengan yang manis” tidak boleh langsung serta merta kita terapkan waktu
kita berbuka. Kita harus mengerti benar penjabaran dari jargon tersebut, tidak
asal tiru. Sehingga berpuasa menjadikan kita semakin sehat, tidak justru
mengundang penyakit.